Rendevouz 93

 


Sedikit mengikat moment saat malam berkendara roda dua ke Sragen menghadiri undangan CGP untuk ikut Lokakarya 7 Panen Karya. Pinginnya sih gowes, tapi apa daya, waktu yang tersedia tak mencukupi. Jumat (26/04) habis magrib meluncur dari rumah kondisi gerimis, terhenti sejenak di Lemah Abang, Ungaran untuk mengenakan jas hujan karena semakin deras. Keputusannya, mari kita tembus hujannya. Agar tak kemalaman.

Masuk Boyolali hujan mereda. Di Kartasura terang benderang. Jas hujan masih terpasang. Jadi semacam wind breaker. Dari kondisi jas basah sampai kering ring tertiup angin. Di jalur Kartasura-Solo ini, kecepatan tembus hingga 86 km/jam.

Masuk kota Solo, masih terang padang gemintang dan ramai. Jas hujan dicopot. Soalnya terlihat aneh, cuaca terang kok pakai jas hujan.  Di pertigaan Palur, ambil jalur bawah flyover lalu belok kiri. Ini ke arah Masaran, Sragen.

Jalur Masaran ke kota Sragen ternyata sebelas dua belas jalurnya dengan Kartasura-Solo. Jalurnya lurus, aspalnya mulus, plus sepi kendaraan. Tanpa disadari, Speedo menunjukkan angka 93 km/jam.  Saya kurangi kecepatan. Inget umur, nggak muda lagi. Banyak tanggungan.

Tapi, angka 93  ini sama persis waktu meluncur di ruas Karanglewas, dari Purwokerto menuju Ajibarang, Banyumas tahun 2020. Masih dalam program yang sama. Jadi serasa rendevouz. Bedanya, dulu pakai Vyxion, sekarang Vario 125. Dulu sebagai Pendamping/Pengajar Praktik sekarang sebagai Fasilitator.

Oke, setelah 3 jam perjalanan. Pukul 21.00 tiba di tujuan, gedung Kartini di pusat Kota Sragen. Para CGP ternyata baru saja pulang usai dandan-dandan, selisih jalan. Tersisa dua orang  PP-ku yang memang menanti kedatangan, Bu Dyah Suryo Atmojo dan Bu Indah Kusuma Wardhani.

Note: gambar hanya ilustrasi dari AI.

Btw, jalur ini ternyata sudah 9 tahun dilalui partnerku co-kapten pak Herry Er , yang melaju tiap hari pulang pergi Semarang-Karanganyar. Ampuh nan.

Comments

Popular Posts