Sebagai
guru, hal yang paling nggak nguatin adalah ketika melihat ada seorang
murid menangis tanpa suara. That teardrops...it so touching.
Ia datang terlambat, Kelas sedang berdoa. Seperti biasa, dalam lingkaran. Ia lalu bergabung. Diam, kemudian terlihat murung lalu berkaca-kaca. Ia menyekanya. Berkaca-kaca lagi. Lalu melempar muka. Ia tidak bergumam, ia tidak bisa berdoa, sesuatu sedang mengusik benaknya. Tapi lingkaran terus berdoa, hingga usai.
Usai doa, biasanya guru mengisi dengan taujih atau cerita atau dongeng, tapi tidak kali ini. "Go to your table, please!", kata guru itu meminta anak-anak kembali ke tempatnya masing-masing, membubarkan formasi lingkaran. Ia ingin menghandle murid yang dari tadi mencuri perhatiannya. Lalu, Sebuah bahasa tubuh yang diberikan guru itu membuat ia yang menangis tanpa suara tadi, beringsut menghampiri.
" What happened?" guru itu bertanya.
" is there something wrong?" tanyanya lagi.
Ia menggeleng. Guru itu menatap muridnya dalam-dalam. Ia baru berusia 9 tahun. Murid baru di kelas. Bahasa Indonesianya belum lancar. Bersama keluarganya, belum lama tiba dari sebuah kota di New Zealand.
Ia makin terisak. Guru itu memberinya waktu, menghabiskan isaknya.
"oke, what can i do for you? can i help you?" guru itu bertanya lagi.Ditengah isaknya ia menjawab, "Ibu... aku mau"
Guru itu berpikir cepat. wow, jika betul ini yang dipikirkannya, maka sungguh sangat romantis.
Maka guru itu memastikan dugannya.
"do you miss your mom?, selidiknya.
Ia mengangguk. Wah, ternyata benar!
Sejenak jawaban itu menohok benak sang guru. Rindu Ibu. Sang murid telah menohoknya tepat di ulu hati.
Dalam hatinya, si guru juga berkata, "I miss my mom too".
Guru itu mengusap kepala muridnya, gadis kecil berkerudung putih bunga-bunga. Gadis yang rindu ibunya, ibu yang baru saja mengantarnya ke sekolah.
Lalu guru itu berkata, "I think it's good when you love your mother. But now, your mother want you stay in school, with your friend here, to make you smarter and bigger. It's just for a while. You can see her again after school. Don't worry. Everything is gonna be alright.". Jeda sebentar.
"Now, take a deep breath, okay..." ujarnya lagi.
Murid itu mematuhinya, ia benar-benar menenangkan dirinya dengan menarik nafas panjang.
"You always together with your mom?" guru itu memastikan lagi. Ia mengangguk. Guru itu tersenyum, kini ia tahu sebuah cara untuk menghiburnya, yaitu dengan menghadirkan ibunya, dalam bentuk menyebutkan namanya. nama Ibu.
"'you cooking with her this morning?" tanya guru itu lagi. Ia menangguk. "Ayam" katanya. Ow, mereka masak ayam goreng bersama tadi pagi untuk sarapan. "Do you bring that chicken?" tanya guru itu. Nope, ia menggeleng.
Seorang murid lain datang menghampiri, ingin tahu. Guru itu melarangnya. Memintanya untuk memberi waktu berdua saja. Sang murid itu tersenyum simpul. Spontan ia bertanya, "ada apa pak?" . "Nggak pa-pa" jawab guru.
Ia memegang tangan si murid yang tadi menangis tanpa suara. Sekarang sudah lebih tenang. Ia sudah siap untuk belajar.
Guru itu tahu, sang murid butuh waktu untuk beradaptasi, juga berkompromi dengan perasaannya, perasaan terasing, dan rasa ingin tetap bersama orang-orang yang selama ini bersamanya.
to be countinue...
>> sebuah episode di suatu pagi di kelas 3A. (realita yg ingin dijadikan cerpen anak, kalo ada waktu nanti...)
Ia datang terlambat, Kelas sedang berdoa. Seperti biasa, dalam lingkaran. Ia lalu bergabung. Diam, kemudian terlihat murung lalu berkaca-kaca. Ia menyekanya. Berkaca-kaca lagi. Lalu melempar muka. Ia tidak bergumam, ia tidak bisa berdoa, sesuatu sedang mengusik benaknya. Tapi lingkaran terus berdoa, hingga usai.
Usai doa, biasanya guru mengisi dengan taujih atau cerita atau dongeng, tapi tidak kali ini. "Go to your table, please!", kata guru itu meminta anak-anak kembali ke tempatnya masing-masing, membubarkan formasi lingkaran. Ia ingin menghandle murid yang dari tadi mencuri perhatiannya. Lalu, Sebuah bahasa tubuh yang diberikan guru itu membuat ia yang menangis tanpa suara tadi, beringsut menghampiri.
" What happened?" guru itu bertanya.
" is there something wrong?" tanyanya lagi.
Ia menggeleng. Guru itu menatap muridnya dalam-dalam. Ia baru berusia 9 tahun. Murid baru di kelas. Bahasa Indonesianya belum lancar. Bersama keluarganya, belum lama tiba dari sebuah kota di New Zealand.
Ia makin terisak. Guru itu memberinya waktu, menghabiskan isaknya.
"oke, what can i do for you? can i help you?" guru itu bertanya lagi.Ditengah isaknya ia menjawab, "Ibu... aku mau"
Guru itu berpikir cepat. wow, jika betul ini yang dipikirkannya, maka sungguh sangat romantis.
Maka guru itu memastikan dugannya.
"do you miss your mom?, selidiknya.
Ia mengangguk. Wah, ternyata benar!
Sejenak jawaban itu menohok benak sang guru. Rindu Ibu. Sang murid telah menohoknya tepat di ulu hati.
Dalam hatinya, si guru juga berkata, "I miss my mom too".
Guru itu mengusap kepala muridnya, gadis kecil berkerudung putih bunga-bunga. Gadis yang rindu ibunya, ibu yang baru saja mengantarnya ke sekolah.
Lalu guru itu berkata, "I think it's good when you love your mother. But now, your mother want you stay in school, with your friend here, to make you smarter and bigger. It's just for a while. You can see her again after school. Don't worry. Everything is gonna be alright.". Jeda sebentar.
"Now, take a deep breath, okay..." ujarnya lagi.
Murid itu mematuhinya, ia benar-benar menenangkan dirinya dengan menarik nafas panjang.
"You always together with your mom?" guru itu memastikan lagi. Ia mengangguk. Guru itu tersenyum, kini ia tahu sebuah cara untuk menghiburnya, yaitu dengan menghadirkan ibunya, dalam bentuk menyebutkan namanya. nama Ibu.
"'you cooking with her this morning?" tanya guru itu lagi. Ia menangguk. "Ayam" katanya. Ow, mereka masak ayam goreng bersama tadi pagi untuk sarapan. "Do you bring that chicken?" tanya guru itu. Nope, ia menggeleng.
Seorang murid lain datang menghampiri, ingin tahu. Guru itu melarangnya. Memintanya untuk memberi waktu berdua saja. Sang murid itu tersenyum simpul. Spontan ia bertanya, "ada apa pak?" . "Nggak pa-pa" jawab guru.
Ia memegang tangan si murid yang tadi menangis tanpa suara. Sekarang sudah lebih tenang. Ia sudah siap untuk belajar.
Guru itu tahu, sang murid butuh waktu untuk beradaptasi, juga berkompromi dengan perasaannya, perasaan terasing, dan rasa ingin tetap bersama orang-orang yang selama ini bersamanya.
to be countinue...
>> sebuah episode di suatu pagi di kelas 3A. (realita yg ingin dijadikan cerpen anak, kalo ada waktu nanti...)
0 komentar:
Posting Komentar