Selesai lagi satu project membuat cover. Yup, ini kali adalah jatahnya Monmon yang punya nama asli Emi Masnila Zubaiti, anak Q-Tha, yang kita buatin covernya. Judulnya asik banget, "Rindu Cahaya". Katanya si Monmon, tuh novel isinya tentang kisah persahabatan tiga orang anak manusia, dua cowok satu cewek. Iya deh...
Hagzhagzhagz... bagiku pribadi, tawaran in sangat menantang. Meski tentu saja belum baca novelnya, tapi judul tersebut punya arti yang sangat personal banget. hehe... Judul itu emang menegaskan isi hati. walah... (Sori, Mon...u don't know anything about this..^_^).
Cover inilah yang kemudian menjadi project pertama anak-anak PhotographX, klub fotonya anak-anak SMP Sekolah Alam Ar-Ridho. Pertama kali menggulirkannya sebagai agenda kerja. Anak-anak klub sangat antusias banget. Kami mengawalinya dengan diskusi. Lalu mulai mencoret-coret membuat semacam dummy atau sketsa di atas kertas pose fotonya. Beragam ide, seperti idenya si Bulan, yang punya imajinasi, Dua orang duduk di bangku panjang di sebuah taman, lalu yang satunya lagi ngintip dari balik pohon...hihi...lucu...
Dan...akh..ternyata, prosesnya tidaklah sesederhana rencananya. Memakan waktu panjang pula. Demi selembar foto, ternyata melibatkan daya juang dan emosi yang tidak sederhana. Mulai dari cuaca yang kurang bersahabat, senantiasa tertutup mendung gelap...(Eh, mendung ini malah menjadi barokah buat proses lahirnya cover si Upik "Mendung Hitam Selimuti Hariku" yang dibuat bersamaan waktunya. Justru karena mendung ini, desain covernya malah jadi) hingga dinamisasi hubungan pertemanan.
Covernya buku antologi puisi Upik :
Foto pertama Rindu Cahaya , diambil di dekat sekolah. Backgroundnya gedung Sekolah Alam...Belum banyak foto yang didapet, tiba-tiba hujan menderas. Semula sih cuma gerimis, sehingga cukuplah sebuah payung untuk melindungi kameranya. Tapi dengan derasnya hujan, tak ada alasan lain buat kami untuk membatalkan agenda pemotretan hari itu. Hari itu akhirnya diisi dengan teori fotografi di lab. komputer.
Nah ini hasilnya, desain perdana covernya. Modelnya, si Boim sama si Bulan dan si Afifah...:
Abis itu, kita bahas hasilnya...Wah, backgroundnya terlalu rame...bikin nggak fokus pada ketiga sahabat itu. Lagi, kok nggak terasa natural banget pose melihat langit itu dengan backgroundnya..terasa aneh. Foto ini : masuk kotak!
Hunting foto kedua, diambil tanpa keberadaanku disamping mereka. Aku sedang menghadiri sebuah forum menarik bersama kru koran Media Indonesia, mewakili Komunitas Wedangjae. Aku cuma titip pesan buat mereka agar sessi Klub Foto hari itu adalah menyelesaikan covernya Monmon...berikut ini hasilnya :
Pulang dari forum diskusi, anak-anak berebutan bercerita... "Pak Doni, tadi si Upik nangis...!" Upik, dijadikan model kali ini mewakili karakter cewek. Model cowoknya tetap Boim dan Bulan. Rupa-rupanya, Upik nggak sanggup menahan tangisnya, karena terlalu keliwat 'digalakin' sama si Siddiq yang ngambil fotonya. "Salahnya, disuruh gini gitu susah banget...", kilah Siddiq pihak yang bertanggungjawab.
Hemmm... hari itu mereka belajar sesuatu. Model adalah manusia juga. Mereka punya hati dan emosi. Memoto sesuatu yang punya hati dan emosi tidaklah sesedrhana memoto benda mati. Kita butuh pendekatan yang manusiawi untuk menghasilkan foto yang menyentuh hati. Hari itu, semua hasil foto: juga masuk kotak....! Oya, lupa...itu foto terakhir bersama Upik. Sebab, taklama setelah itu Upik 'terbang' ke negeri seberang, Malaysia, mengikuti abinya yang hijrah ke sana untuk bilangan beberapa tahun....hihi..kenangan yang aneh...dasar anak-anak...
Foto berikutnya, masih diselingi hujan sana-sini. Kali ini, Zahwa yang jadi modelnya. Rasa sana rasa sini...aneh...fotonya. Masuk Kotak juga!
Intinya, kita harus keluar dari sekolah! We need some new view... Dan, gotcha, kita akhirnya mendapatkannya. terlebih kemudian, aku mendapat pinjaman Nikon D-40 dari Pak Budi Maryono. Pak Budi yang seorang novelis, redaktur, dan juga fotografer itu, mengajakkku untuk mencoba membuat cover untuk novel terbarunya, "Di Kereta Kita Selingkuh". Nah, karena belum kenalan sama kameranya, beliau berbaik hati meminjami selama seminggu untuk 'berkenalan' dengan kamera. Artinya, secara tidak langsung, kita bisa pake tuh kamera buat mengenali tools dan keistimewaannya Nikon D-40, yang sekarang harganya dibandrol 4,5 juta.
Sabtu pagi, anak-anak putra ada agenda main basket bersama PAk Arifin dan Pak Joko. Nggak papa-lah, nanti klo butuh mereka, aku tinggal panggil aja, pikirku dalam hati. Modelnya kali ini, anak-anak kelas 8, Nisa dan Yaya.
Dan hup... ini suasananya :
Aku dan Siddiq berkolaborasi penuh disini. Sampai di luar dugaan. Boim dan Huda kemudian ternyata sulit ditemukan. Mereka rupanya pindah lapangan, entah kemana. Maka, terpaksa, ..mau tak mau ..kami berdua harus jadi modelnya..walah..walah... Lalu, siapa yang ngambil fotonya? Ini jadi persoalan.
Akhirnya, setelah aku set beberapa parameter di kamera, plus contoh hasil jadinya, aku minta Yaya untuk mencoba menjadi eksekutornya...dan jepret..jepret...hasilnya lumayan juga ^_^. Not bad for today... Maka hasilnya seperti foto paling atas, setelah dimodifiaksi sedikit di Photoshop... Monmon kayanya suka, khususnya setelah font judul diganti warna putih.
Bagiku sendiri...hehe...cover itu menjadi topik pembicaraan yang mengesankan dengan seorang sahabat...hehe... maknanya terlalu dalam...^_^.
(First Posting : 22 Maret 2008)
0 komentar:
Posting Komentar