Menulis Puisi untuk Pementasan Drama Sejarah Semarang
Setiap tahun, Sekolah Alam Ar Ridho punya acara yang ditunggu-tunggu yaitu Pentas Indonesian Culture. Acara ini melibatkan seluruh unit dari PAUD, SD, SMP, hingga SMM. Selain pentas juga ada stand-stand galeri karya dan kuliner.
Tahun ini, tema besarnya adalah Semarang. Dan siswa SMM (Sekolah Muda Mandiri) --selevel SMA-- mendapat tugas untuk mempersembahkan pementasan dari awal sejarah Kota Semarang hingga diserahkannya tampuk kepemimpinan ke Pandanaran II. Nantinya dari Pandanaran II dan seterusnya akan menjadi tugas unit SMP.
Jadi, puisi ini menjadi adegan penutup dari 22 menit tampilan SMM. Sebenarnya, puisi yang dipilih mulanya adalah karya Ki. Djawahir Muhammad (alm.) yang berjudul "Semarang, Surga yang Hilang". Hanya saja, saat gladi kotor, ternyata durasinya terlalu panjang dan sedikit tidak nyambung dengan kesuluruhan adegan. Sehingga rekomendasinya adalah mencari puisi yang lebih relate.
Setelah mencari beberapa puisi Semarangan karya penyair-penyair Semarang ternyata tetap belum juga mendapat puisi yang cocok. Akhirnya, Bu Ira, rekan guru di SMM, mengusulkan jika memang tidak ada, maka dibuat aja sendiri. Oya, betul juga ya...
Akhirnya setelah 30 menit berdiam diri, jadilah puisi ini. Puisi tentang penyerahan mandat Ki Made Pandan (Pandanaran I) ke putranya Pandanaran II. Jadi, jika teman-teman kebetulan mencari puisi Semarangan terkait penyerahan mandat pemimpin Semarang ini, bisa dipakai puisi ini, hehe...
Comments
Post a Comment